Keluarga dan
Pacar, Sumber Kekuatanku
Ini aku
Hai, namaku
Irma Ganesha. Biasa dipanggil Irma atau May. Dari dulu aku bercita-cita menjadi
pramugari. Entah kenapa setiap kali mengantarkan kakakku ke bandara dan melihat
para pramugari itu, rasanya aku ingin menjadi seperti mereka.
Pramugari-pramugari
cantik itu dengan anggunnya menderek koper mereka. Langkahnya seperti model
yang sedang berjalan di atas catwalk. Pertama kali mencoba untuk menjadi
pramugari terjadi di bulan September 2011. Nggak tanggung-tanggung, temanku
memberitahuku untuk mencoba rekrutmen pramugari Garuda Indonesia.
Aku masih
sangat awam waktu itu, maklumlah baru lulus SMA. Dengan pedenya, aku diantar
oleh mama dan papa. Aku pun nggak lupa pamitan sama pacar yang selalu
mendukung. Bermodal kemeja lengan pendek, rok hitam selutut, dan make up apa
adanya, aku memberanikan diri ke tempat pendaftaran yang berlokasi di Garuda
Indonesia Training Center (GITC).
Begitu turun
dari mobil, aku melihat banyak sekali cewek cantik berkulit putih dan mulus
serta berpenampilan wah. Ada sekitar 500 orang pelamar yang aku lihat
sesampainya di sana. Mungkin Mama melihatku sedikit minder. Katanya, “Udah,
nggak apa-apa, dek. Cantik-cantik belum tentu lucky (beruntung).”
Mendengar
kata-kata Mama, aku pun semangat. Nomor urut yang kuambil nomor 600 sekian.
Wah, jangan ditanya gimana rasanya. Capek itu udah pasti. Datang pagi-pagi
dengan dandanan oke, akhirnya jelang interview harus touch up lagi karena mulai
luntur, hehehehe..
Aku memasuki
ruangan seleksi setelah jam makan siang berakhir. Deg-degannya lebih dahsyat
dibandingkan waktu ketemu sama pacar. Di tahap pertama ini, tinggi dan berat
badanku diukur. Setelah itu, bersama dengan kandidat yang lain aku diminta
memasuki sebuah ruangan kecil (bentuknya seperti sebuah boks). Di dalam, satu
per satu kami semua diminta untuk self-introduction (memperkenalkan diri).
Setelah masing-masing selesai mengenalkan diri, kami diberikan kartu oleh tim
rekrutmen. Ada yang mendapat kartu merah (gagal), ada yang kartu hijau (lolos).
Wow, aku benar-benar nggak percaya bisa dapat kartu hijau, yang artinya aku
lolos ke tahap selanjutnya!
“Ternyata
yang cantik belum tentu dapat kartu hijau ini lho,” begitu pikirku.
Aku keluar
menemui mama dan papa untuk memberitahukan mereka bahwa aku lolos ke tahap
selanjutnya, yaitu psikotes. Pukul 14.00 WIB, semua peserta yang lolos di tahap
sebelumnya memasuki ruangan untuk psikotes. Aku dapat buku besar, seperti buku
gambar ukuran A4 yang berisi banyak angka. Huff, udah pusing duluan nih! Selain
angka, aku juga harus mencari gambar-gambar potongan, menggambar orang dan
pohon, serta tes Bahasa Inggris. Begitu keluar dari ruangan tes, rasanya aku
mual melihat angka dan huruf, hehehehe~
Untuk
mengetahui hasilnya, aku diminta untuk menunggu hingga tengah malam.
Pemberitahuannya lewat sms oleh Bapak Giring. Benar-benar kecewa rasanya waktu
tahu aku nggak lolos psikotes.
Besok
paginya aku langsung memberitahu mama dan papa tentang kegagalanku itu,
Kekecewaan terpancar di raut muka mereka, tapi mereka langsung menutupinya
dengan memberiku semangat.
Kata mama, “Nggak apa-apa, dek.
Mungkin belum lucky aja. Coba lagi bulan depan, siapa tau rejeki.”
Ini
Kakak, Papa, dan Mamaku yang nggak pernah lelah support aku
Aku pun
tersenyum kecil. Kayaknya susah ya kalau nyeritain uneg-uneg sama orang tua.
Mungkin karena malu rasanya. Aku pun menelepon pacarku untuk membuang
kekecewaan ini. Aku cerita semuanya, perasaan dongkol, sedih, kecewa, semua
campur aduk jadi satu. Dia mendengarkan dengan baik. Setelah itu, dia mendukung
dan menyuruhku untuk coba daftar lagi.
“Udah nggak
usah nangis, ntar cantiknya hilang,” katanya menghiburku.
Seminggu
setelah itu, aku mencoba untuk mendaftar ke maskapai penerbangan swasta
lainnya. Seperti standar rekrutmen pramugari pada umumnya, tinggi dan berat
badanku diukur begitu tiba di sana. Setelah itu ada performance test, peserta
yang lolos atau nggak lolos langsung diumumkan saat itu juga.
Nama-nama
peserta yang nggak lolos sudah disebut, tapi namaku belum. Nggak lama kemudian
salah satu dari tim rekrutmen menghampiriku dan berkata, “Irma, penampilan kamu
sudah sangat mendukung. Tapi tolong bekas luka di betismu dihilangkan dulu.
Setelah itu baru kamu bisa melanjutkan ke tes tahap berikutnya.”
Ahh, mas-mas
itu pemberi harapan palsu (PHP). Kukira akan diberi toleransi dulu, ternyata
tidak. Pacarku menanyakan hasilnya dan aku cuma bisa bilang, “Gagal maning,
yank.” Dia pun heran kenapa aku bisa gagal. Tapi bukan pacarku namanya kalau
nggak bisa ngebalikin mood aku jadi ceria lagi.
“Yaelah,
nggak apa-apa, yank. Coba lagi yah.. Masa di GA bisa lolos sampai psikotes tapi
di situ nggak. Mungkin karena rok seragamnya itu yang wow belahannya jadi luka
kamu harus dihilangkan dulu,” kata dia dengan logat Papuanya. Hahahaha..
Bulan
berikutnya, aku coba mendaftar rekrutmen Garuda Indonesia lagi. Kali ini ada
sedikit kemajuan. Aku LOLOS psikotes! Rasanya pengen jungkir balik waktu terima
sms dari Bapak Giring yang memintaku untuk datang buat interview besoknya.
Setelah
selesai interview, aku pun pulang. Pengumumannya di malam hari, seperti
biasanya. Betapa kecewanya aku waktu tahu kalau aku gagal di tahap ini. Salah
satu temanku ada yang berhasil lolos dan melanjutkan pendidikan pramugari di
Garuda Indonesia.
Saat itu aku
benar-benar ngerasa down. Nangis, marah, kecewa, dongkol, aahhhh semuanya
campur aduk!!
Dalam
benakku, “Kenapa dia bisa??? Kenapa aku nggak??? Kenapa hah??!!”
Mama yang
memperhatikan perubahan sikapku menjadi pendiam pun datang untuk menasehati.
“Sabar dek,
mungkin belum rejekinya. Siapa tahu Tuhan punya rencana yang lebih indah dari
itu. Rejeki semua sudah diatur. Kita semua sudah berusaha dan berdoa, hanya
saja masih tertunda,” kata mama perlahan.
Omongan mama
itu membuatku menangis terisak. Aku pun masuk ke kamar dan menelepon pacarku
untuk bercerita. Nasib pacaran long distance begini deh, setiap mau cerita
harus lewat telepon. Huff, sedihnya…
Ini aku
dan pacarku. Wahyu namanya, si Paceku asli Papua.
Mendengarku
nangis terisak, dia dengan sabar mendengarkanku dan memberi semangat.
“Ayo,
sayang. Semangat dong! Mungkin memang belum rejekinya kamu, tapi aku yakin kamu
bisa dan semua itu indah pada waktunya. Siapa tahu nanti kamu ketemu Obama,
Presiden Amerika, terus kamu langsung dipanggil jadi cabin crew pribadinya,
hehehe,” kata pacarku sambil bercanda.
“Mana ada
presiden butuh cabin crew pribadi, edan ih, kamu aneh-aneh aja,” aku tertawa.
“Nah, gitu
dong ketawa. Aku tuh punya pacar yang kuat, nggak lemah dan nggak kenal putus
asa. Besok-besok dicoba lagi ya… daftar lagi, daftar lagi, daftar lagi sampai
berhasil. Karena orang-orang yang kamu sayang selalu dukung kamu,” katanya dari
seberang sana.
Dan perlu
kalian tahu, karena saking kerasnya keinginanku menjadi pramugari, sampai saat
ini aku sudah mencoba mendaftar 10 kali di maskapai yang berbeda-beda. Hingga
rasanya gagal pun sudah biasa bagiku. Ibaratnya, kalau dipukul pun sudah kebal
dan nggak merasa sakit lagi.
Aku sempat
berpikir, mungkin bukan rejekiku bekerja di kabin pesawat. Sebab, dari sekian
banyak usahaku yang terus mendaftar dan mencoba, nggak ada yang berhasil.
Usahaku yang paling jauh di 2 airlines hanya sampai tahap interview saja.
Entahlah, bagaimana jadinya usahaku yang ke-11 nanti. Aku nggak tahu akan
bagaimana, tapi aku akan terus mencoba selama orang-orang di sekitarku terus
mendukungku.
Terima kasih
atas dukungan kalian yang tanpa henti. Terima kasih banyak buat Mama, Papa,
Kakak, dan pacarku, Wahyu.
Kalian yang
membuatku kuat dan bertahan hingga aku tak pernah merasa putus asa. Dan terima
kasih Tuhan, Kau telah memberikan kekuatan padaku melalui kehadiran mereka. Aku
yakin Kau merencanakan keindahan pada setiap umat-Mu. Amin.
*) “Keluarga
dan Pacar, Sumber Kekuatanku” oleh Irma Ganesha
Note: Saat ini Irma sudah diterima di Citilink, bulan depan dia
akan mulai mengikuti flight training.
jakarta, 20-09-2012
IRMAWATI